Hasil Kebudayaan Babilonia Baru (604 SM-562 SM)

~ Rabu, 15 April 2015

Peradaban kuno di Timur Tengah meliputi peradaban kuno di wilayah Mesopotamia yang pada masa lalu terdapat beberapa kerajaan di antaranya Kerajaan Babilonia yang terletak di lembah Sungai Eufrat dan Sungai Didjilah (Tigris) sebelah selatan (4000 SM-1300 SM) dan Kerajaan Asyiria yang terletak di lembah Sungai Eufrat dan Tigris sebelah utara (1300 SM-606 SM) (Isawati, 2012:21). Bangsa Babilonia yang muncul sebagai salah satu pendukung dari peradaban Mesopotamia ini, keberadaannya tentu diwarnai dengan adanya berbagai peristiwa yang akhirnya menjadikan bangsa Babilonia ini menjadi salah satu bangsa yang besar pada zamannya. Sejarah Babilonia ini terbagi menjadi dua, yakni Babilonia Lama sebelum dikuasainya Babilonia oleh Asyiria dan Babilonia Baru[1] setelah Nabopalassar melakukan pemberontakan sehingga mampu mengembalikan kejayaan bangsa Babilonia.
           

see moreBabilonia Lama kira-kira pada 2000 SM bangsa ini membentuk ibu kota yang bernama Babilonia dengan rajanya yang terbesar adalah Hammurabi (1955-1912 SM). Pada masa pemerintahan Hammurabi, ia mengadakan sentralisasi dalam pemerintahan dan kerajaan seluruhnya ditempatkan di bawah sistem hukum yang berlaku bagi tiap-tiap wilayah. Raja Hamurabi meninggalkan sebuah prasasti berangka tahun 1950 SM yang terkenal dengan sebutan Undang-undang Hamurabi yang terdiri atas dua pokok yaitu:
a.       Hukum sipil mengenai hak milik perkawinan dan hutang piutang.
b.      Hukum pidana mengenai sifat dan pembalasan dan pelanggaran hukum dihukum seimbang.
(Noor, 2014:14)
            Dalam segi kepercayaan, secara umum dapat dikatakan bahwasannya Babilonia adalah  politeisme[2]. Selain itu masyarakat Babilonia mempercayai dewa-dewa dalam cerita peperangan. Peperangan yang diriwayatkan dari dewa-dewa yang terdahulu adalah pahalawan-pahlawan perang dari nenek moyang yang muncul dengan sifat-sifat dewa sesudah sifat-sifat kemanusiaan mereka hilang dari fikiran kemudian tingkah laku mereka dipengaruhi dengan gejala-gejala alam tertinggi dan oleh karena itu ia menghubungkannya dengan benda-benda angkasa dan benda-benda angkasa ini membawa nama-nama mereka yang sampai sekarang sebagian nama-nama itu masih dibawanya. Seperti “Marduk” yaitu dewa perang adalah planet “Mars” di mana ia telah mengalahkan “Tiamat” yaitu dewi gua-gua yang gelap (Mahmoud, 1970:91).
Diperkirakan pada tahun 1500 SM, datang bangsa lain yaitu Hithit/Kassite[3] yang berdiam di Asia Minor dan mempunyai Ibu Kota Boghazkevi[4] (Noor, 2014:14). Selama pemerintahan bangsa tersebut, lembah-lembah kemudian disentralisasikan, tetapi pada umumnya mereka mendesak kebudayaan dan tata negara Babilonia, yang dasar-dasarnya diletakkan oleh Hammurabi. Bangsa Kassite ini melakukan penyerbuan terhadap Babilonia dan berhasil menakhlukkannya. Dengan ini berakhirlah kekuasaan Babilonia Lama yang didirikan oleh Hammurabi.
            Sekitar 576 tahun lamanya bangsa Kassite menguasai Babilonia. Namun, selama penguasaan bangsa Kassite atas Babilonia, bangsa Kassite umumnya tidak merusak kebudayaan dan tatanegara yang ada pada masa pemerintahan Hammurabi. Disamping itu, ada pula kekuasaan yang menjadi tandingan bangsa Kassite di Mesopotamia, yakni bangsa Asyiria.
Bangsa Asyiria sangat berambisi menguasai seluruh Mesopotamia. Dan dengan kekuatannya, Asyiria pun mampu mengalahkan kekuasaan Kassite, Akadia dan Sumeria. Bangsa ini berkuasa di lembah Mesopotamia sekitar 2 abad lamanya.
Namun tidak lama kemudian bangsa Media, Persia dan Kaldea bergabung mengalahkan bangsa Asyiria. Sedangkan bangsa Media melepaskan diri dari Asyiria, sehingga menyebabkan bangsa tersebut mengalami keruntuhan pada 612 SM (Noor, 2014:15). Setelah itu, Kerajaan Asyiria dibagi menjadi dua bagian, Persia mendapat bagian utara yang kemudian mendirikan Kerajaan Iran, sedangkan bagian selatan dikuasai oleh bangsa Kaldea di bawah pemerintahan Nabopalassar, yang kemudian mendirikan Babilonia Baru.



[1] Periode setelah Nabopalassar melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Assyria yang kemudian dapat membangun kembali kekuasaan Bangsa Babilonia. Nabopalassar yang kemudian menjadi raja Babilonia Baru (625 SM-605 SM)
[2] penyembah dewa-dewa
[3] suku yang berasal dari bangsa Indo-Jerman yang datang dari pegunungan Persia Barat
[4] Angkara sekarang

Mata pencaharian, sistem ekonomi dan perlengkapan hidup
Mata pencaharian dan sistem ekonomi yang banyak digunakan oleh masyarakat Babilonia adalah perniagaan atau perdagangan. Barang yang mereka perdagangkan berupa logam, perunggu ataupun timah putih dan hitam, mereka juga terjun dalam perdagangan gandum, sutra, kayumanis, dan yang lainnya. Babilonia juga terkenal dengan kota yang memiliki sistem pengairan yang bagus. Didukung oleh pengairan yang bagus maka, sistem pertanian banyak dilakukan oleh masyarakat Babilonia. Masyarakat Babilonia juga mengenal perternakan, terbukti bahwa mereka banyak mempergunakan binatang sebagai alat transportasi. Binatang yang dijadikan hewan peliharaan yaitu domba, kuda, dan yang lainnya.
           Masyarakat Babilonia adalah masyarakat yang telah mengenal adanya perabotan dan peralatan dalam kehidupan sehari-hari mereka, semua bisa terlihat dari pembangunan kota Babilonia yang indah dan megah. Masyarakat Babilonia sudah mengenal adanya penggunaan guci sebagai alat yang digunakan untuk menyimpan air. Masyarakat Babilonia juga sudah mengenal logam dan emas sehingga dapat menciptakan dan menggunakan alat-alat yang terbuat dari logam. Selain itu, karena tekstur tanah Babilonia yang banyak menghasilkan tanah liat maka mereka banyak menggunakan tanah liat dalam membuat dinding, baik itu dinding rumah maupun kuil.

Sistem masyarakat dan religi
Kekuasaan tertinggi pada masyarakat dipegang oleh seorang raja yang memiliki kekuasaan absolute[1]. Di bawah kedudukan raja adalah sekelompok gubernur atau pejabat yang ditunjuk oleh raja, walikota ataupun badan sesepuh yang ada di pemerintahan lokal setingkat kota. Dalam kehidupan bermasyarakat, masyarakat Babilonia mengenal sistem pelapisan sosial. Masyarakat terdiri dari tiga kelas, yaitu :
a.       Awilu yaitu kelompok orang bebas dari kelas atas
b.      Muskenu yaitu orang bebas dari kelas bawah.
c.       Wardhu atau budak
Wardhu atau budak adalah mereka yang merupakan tawanan perang dan  ada juga dari mereka yang akhirnya dijadikan penduduk Babilonia yang berstatus bebas. Orang yang berstatus bebas bisa saja turun kelas sosialnya jika mereka melakukan sesuatu hal yang akhirnya menimbulkan sebuah hukuman.
Dalam kehidupannya, masyarakat mengenal banyak dewa, tapi yang pertama mereka puja ialah dewa Marduk. Sehingga mereka banyak mendirikan kuil-kuil di dalam istana maupun di luar istana yang bisa disebut juga dengan Ziggurat. Tetapi masyarakat Babilonia sendiri lebih percaya dengan bintang-bintang daripada Tuhan, karena apapun yang terjadi dalam kehidupan mereka, mereka lebih percaya ramalan bintang daripada kehendak Tuhan.
Selain itu ada sebuah festival utama di Babilonia yang bernama Buylshu Mishtkaru, festival untuk mengusir roh jahat. Banyak pria Babel yang menghadiri festival ini bahkan sejak usia mereka masih sangat muda. Pada Festival ini, biasanya seorang imam akan menyembelih hewan, yang biasanya seekor sapi, sebagai sebuah persembahan agar para dewa senang. Sebagai gantinya, para dewa mungkin akan memberikan izin kepada orang-orang di festival untuk mendapatkan sebuah jimat untuk masing-masing orang yang dipercaya akan melindungi mereka selama mereka hidup.

Bahasa, Kesenian dan Bangunan
            Bahasa yang digunakan masyarakat Babilonia adalah bahasa yang dulu digunakan oleh bangsa Sumeria[2]. Sistem penulisan yang dikembangkan oleh bangsa Babylon dulunya juga dikembangkan oleh bangsa Sumeria yaitu penulisan cuneiform.
            Peradaban Babilonia memang sangat terkenal dengan seni dan arsitekturnya. Karena Babilonia banyak menghasilkan tanah liat maka kebanyakan bangunan yang didirikan di sana banyak menggunakan tanah liat. Penggunaan batu bata pada saat itu membuat bangsa ini mulai mengenal plester dan kolom, langit, langit juga penggunaan keramik putih.  Kuil yang ada di Babylon biasanya dibangun dengan dinding yang diwarnai dan kadang dilapisi logam atau emas juga kadang-kadang digunakan keramik sebagai pelapis dinding. Selain kemegahan dari sebuah kuil, Babilonia ini juga terkenal dengan arsitektur yang dibuat pada taman gantung dan juga menara babel.           
Selain pembangunan dalam hal arsitektur yang dihiasi tanah liat, Babylon juga terkenal dengan seni pahatan yang sangat hebat. Sehingga batu-batu disana sangat berhaga karena bisa dijadikan sebagi pahatan terutama untuk pahatan patung. Pahatan yang dihasilkan kebanyakan adalah berbentuk tiga dimensi. Rumah-rumah penduduk pun sudah banyak yang dibangun dengan baik dan sudah terdapat kamar mandi di dalamnya. Pada masa Nebukadnezar juga banyak rumah yang dengan atap datar yang ditopang dengan kayu-kayu yang dilumuri lumpur, bagi orang miskin tidak akan mampu mendapatkan kemewahan kayu hanya bisa membangun pondokan melingkar dari batu bata yang ditopang dengan tiang pusat, dinding-dindingnya dilapisi rumput-rumput panjang dan tanah liat.
Salah satu hasil keindahan arsitekturnya adalah :

a.       Taman Gantung


Taman gantung Babilonia adalah salah satu daripada tujuh keajaiban purba di dunia. Taman ini telah melampaui imaginasi masyarakat dunia dari jaman dahulu hingga sekarang (Barnes, 2009:32-33). Menurut cerita, taman gantung ini di bangun menghibur istri Nebukadnezar yang bernama Eyaxeres yang rindu pada kampung halamannya. Ia adalah seorang putri yang dinikahi oleh Nebukadnezar untuk menciptakan penyatuan antar bangsa. Menurut Diodorus Siculus, seorang sejarawan Yunani mneyatakan bahwa tempat dimana taman itu berdiri terdiri dari lempengan batu besar yang ditutup dengan lapisan rumput, aspal dan ubin. Di atas diletakkan penutup dengan lembaran timah, yang kalau ada air merembas melalui tanah tidak membusukkan fondasi. Diatas semua itu diletakkan tanah dengan kedalaman yang pas, yang cocok untuk pertumbahan pohon-pohon besar. Ketika tanah yang ditimbun sudah rata dan datar, ditanamlah semua jenis pohon, yang keagungan dan keindahannya membuat senang pengunnjung.

b.      Menara Babel

Banyak pendapat ahli yang mengatakan bahwa menara babel adalah ziggurat. Namun, menurut time line sejarah di Alkitab, kota Babel telah lama ada sebelum zaman kerajaan Babilonia. Jadi bisa dipastikan Menara Babel tidak ada hubungan dengan zigurat-zigurat yang didirikan untuk memuja Dewa Marduk. Dalam Alkitab juga tidak disebutkan bahwa Menara Babel dihancurkan. Melainkan penduduk Babel meninggalkan kota itu dan kemudian terpencar ke seluruh dunia. Sampai saat ini Menara Babel merupakan misteri yang belum berhasil diungkap oleh para ahli sejarah. Namun ada berbagai macam legenda rakyat dari peradaban kuno yang menceritakan menara Babel ini.

c.       Ziggurat


Ziggurat adalah monumen besar yang dibangun di lembah Mesopotamia Kuno yang berbentuk piramida berundak yang tersusun atas kisah atau tingkat yang mundur. Terdapat 32 ziggurat di Babilonia dan dekat Mesopotamia yang diketahui. 28 ziggurat terletak di Irak, dan 4 ada di Iran. Ziggurat merupakan tempat pemujaan para dewa orang, tetapi juga merupakan tempat perdagangan atau ekonomi karena seluruh hasil panen yang dihasilkan oleh orang mesir di kumpulkan di dalam kuil. Dan ketika tiba musim pancaroba, maka kuil tersebut akan dibuka dan hasil panen yang telah dikumpulkan akan dibagi kan kepada para penduduk, ini merupakan salah satu cara untuk mempertahankan kehidupan.

Sistem Pengetahuan
a.       Astronomi
Dari banyak ilmu yang ada, astronomi[3] dan astrologi[4] masih menduduki peringkat pertama di antara masyarakat Babilonia. Zodiak yang saat ini kita kenal, merupakan penemuan dari orang-orang Babilonia yang sangat tua. Pada masa itu, orang-orang Babilonia sudah bisa meramalkan kapan terjadinya gerhana matahari atau bulan. Ada banyak teks kuno yang juga menyebutkan tentang penelitian orang Mesopotamia tentang gerhana. Astronomi yang berasal Babilonia dipercaya menjadi dasar untuk ilmu-ilmu astronomi di berbagai daerah lain di seluruh dunia, termasuk astronomi Hellenistik dan Yunani, astronomi klasik India, astronomi Sassania, Bizantium dan Syiria, astronomi Islam, astronomi Asia Tengah serta astronomi Eropa Barat.

b.      Matematika    
Teks matematik dari Babilonia sangat banyak jumlahnya dan teredit dengan sangat baik. Sistem matematik Babilonia adalah sexagesimal atau bilangan berbasis 60, seperti 60 detik dalam satu menit, 60 menit dalam satu jam, dan 360 atau 60x6 dalam derajat lingkaran. Pencapaian dalam ilmu matematika lainnya yaitu ditemukannya penentuan nilai akar kuadrat, bahkan teori Pythagoras. 

c.       Filsafat
Filsafat Babilonia dapat ditelusuri kembali ke awal Mesopotamia literatur kebijaksanaan, yang diwujudkan dalam filosofi kehidupan tertentu, khususnya etika, dalam bentuk dialektika, dialog, puisi epik, cerita rakyat, himne, lirik, prosa, dan peribahasa. Ada kemungkinan bahwa filsafat Babilonia memiliki pengaruh terhadap Yunani, terutama filsafat Helenistik.



[1] Raja yang melaksanakan kekuasaan legislative, judikatif, dan juga eksekutif sekaligus
[2] karena mereka mengangap bahwa bangsa Sumeria adalah bangsa yeng pernah menempati tempat mereka pada saat ini, sehingga disebutlah bahasa kesatuan Sumeria
[3] ilmu tertua di Babilonia
[4] ilmu yang menerjemahkan pergerakan benda-benda langit menjadi sesuatu yang berhubungan dengan karakteristik manusia. ilmu Astrologi dipercaya bisa membuka rahasia peruntungan dan nasib manusia. Mulai dari kesehatan, keuangan, percintaan dan lain sebagainya.

0 komentar:

Posting Komentar