INDONESIA MODERN (RIKCLEFS) - BAGIAN IV. MUNCULNYA KONSEPSI INDONESIA ­+- 1900-1942

~ Sabtu, 18 April 2015
Bab 15. Langkah Melunak, 1927-1942
            Atara tahun 1927 dan runtuhnya negara jajahan Belanda oleh Jepang pada tahun 1942, kebangkitan Nasional Indonesa mulai bergaya kurang semarak. Rezim Belanda memasuki tahapan sejarahnya yang bersifa paling menindas pada abad XX.
Diantara pemimpin-pemimpin baru yag tampil sesudah hanurnya PKI, maka perhatian utama tertuju pada orang yang akhirnya menjadi Presiden Indonesia merdeka pertama yang bernama Soekarno. Soekarno memasuki Sekolah Rendah Eropa dan lulus pada tahun 1916. Kemudian ia dikirim ke HBS di Surabaya, di maa ia tinggal di rumah sahabat ayahnya, Tjokroaminoto dari SI.
            Pada tahun 1921 Soekarno tamat HBS dan melanjutkan ke Sekolah Tinggi Teknik di Bandung yang baru dibuka. Di bandung ia bertemu dengan dan begitu terkesan oleh Douwes Dekker, Tjipto mangunkusumo serta Ki Hadjar Dewantara. Ketiga orang ini adalah yang telah memimpin Indische Partij yang bersifat radikal.
            Di tangan Soekarno, seruan-seruan akan nasionalisme dan persatuan demi kepentingan nasionalisme mengandung arti bahwa doktrin-doktrib lainnya harus menyerah pada seperangkat ide yang menolak kebutuhan akan pembaruan atau dominasi Islam, perjuangan sosial dalam masyarakat Indonesia, atau segala sesuatu selain penolakan yang bersifat radikal terhadap kekuasaan penjajahan.selama karirnya Soekarno merasa begitu yakin akan takdir sejarahnya sendiri, sehingga banyak orang lain juga mulai mempercayainya.
            Pada bulan November 1925, waktu tahun terakhir di Sekolah Teknik Tinggi, soekarno membantu mendirikan Algemeene Studieclub (Klub Pelajaran Umum) di kalangan para mahasiswa. Bersama klub ini, pada 4 Juli 1927 didirikan sebuah partai politik baru, Perserikatan Nasional Indonesia, dengan Soekarno sebagai ketuanya. Pada bulan Mei 1928 nama partai ini berubah menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI). Tujuan PNI adalah kemerdekaan bagi Indonesia yang akan dicapai secara nonkooperatif dan dengan organisasi massa. Sampai akhir 1929 PNI memili anggota mencapai 10.000 orang.
            Partai Sarekat Islam, Budi Utomo, Studieclub Surabaya, serta organisasi-organisasi kedaerahan dan Kristen yag penting bergabung bersama PNI dalam suatu wadah yang dikenal sebagai PPPKI (Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia). Akan tetapi,perbedaan-perbedaan tujuan, ideologi, dan kepribadian yang riil masih tetap memecah belah gerakan-gerakan tersebut, dan persatuan yag dicapai oleh PPPKI tidaklah begitu mendalam.
            Pada tahun 1922norgaisasi lama para mahasiswa Indonesa di negeri Belanda, Indische Vereeniging (Persatuan Hindia, didirikan pada tahun 1908), berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia dan menjadi semakin terlibat dalam masalah-masalah politik. Pemimpin utamanya adalah Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir. Pada bulan September 1927 Hatta dan tokoh-tokoh lainnya ditangkap dengan tuduhan menganjurkan dilakukanna perlawanan bersenjata terhadap pemerintahan Belanda di Indonesia. Mereka di penjara lima bulan dan kemudian dibebaskan.
            Pada tahun 1929 pemerintah mengambil tindakan terhadap PNI dengan manangkap Sukarno dan pemimpin-pemimpin lainnya. Tanpa Sukarno, maka PNI tampak sangat lemah. PNI sendiri dibubarkan pada bulan April 1931. Sebagai gantinya dibentuklah Partindo (Partai Indonesia) yang memiliki cita-cita yang sama dengan PNI, yaitu mencapai Kemerdekaan dengan nonkooperatif dan dengan aksi rakyat.
            Pada bulan desember 1931 Sjahrir, yang baru pulang dari Belanda, membentuk suatu organisasi tandingan terhadap Partindo. Organisasi ini adalah Pendidikan Nasional Indonesia yang dikarenakan huruf-huruf awalnya, disebut PNI-Baru. Di sini taktik-taktik Sukarno ditolah dan PNI-Baru menganut pandangan-pandangan yang sedikit lebih realistis. PNI-Baru lebih bertujuan menghasilkan kader-kader pemimpin yang dapat menggantikan para pemimpin yang ditangkap.
            Pada bulan September 1937 para pemimpin Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah memprakarsai pembentukan Majlis Islam A’laa Indonesia (Dewan Islam Tertinggi Indonesia, MIAI). Persatuan Islam. Al-Irsyad, dan hampir semua organisasi-organisasi Islam lain di seluruh Indonesia segera bergabung ke dalam MIAI. MIAI tidak bertujuan untuk menjadi lembaga politik melainkan lebih sebagai forum untuk melakukan diskusi, dan masih banyak pertikaian yang berlanjut di dalam organisasi ini.
            Pada bulan Mei 1939 organisasi-organisasi nasional Indonesia yang benting, kecuali PNI-Baru, membentuk GAPI (Gabungan Politik Indonesia) yang menghendaki dibentuknya parlemen penuh bagi Indonesia. GAPI menekan Belanda supaya memberikan otonomi sehingga dapat dibentuk aksi bersama Belanda-Indonesia dalam melawan fasisme. Pada bulan Februari 1940 pemerintahan Belanda menyatakan bahwa selama tanggung jawab terakhir atas Indonesia masih ditangannya tidak akan ada masalah otonomi maupun pemerintahan parlemen Indonesia. MIAI mendukung GAPI, tetapi sesuai dengan ketidakluwesan yang berlaku umum di kalangan para pemimpin Islam dalam masalah-masalah seperti itu, MIAI menambahkan bahwa pimpinan dari sistem baru ini dan dua pertiga anggota kabinet harus beragama Islam dan harus ada suatu kementetian untuk urusan-urusan Islam. Akan tetapi tidak ada lagi waktu untuk Belanda untuk melakukan penolakan secara resmi.
            Peperangan di Asia sudah di ambang pintu, kekuasaan Belanda berada pada saat-saat terakhirnya. Pada taggal 8 Desember 1941 (z Desember di Hawaii) Jepang menyerag Pearl Harbor, Hongkong, dan Malaya. Negeri Belanda segera mengikuti jejak sekutu-sekutunya dengan menyatakan perang terhadap Jepang. Pada tanggal 10 Januari 1942 penyerbuan Jepang ke Indonesia dimulai. Pada tanggal 15 Februari pangkalan Inggris di Singapura, yang menurut dugaan tidak mungkin dikalahkan, menyerah. Pada akhir bulan itu bala tentara Jepang menghancurkan armada gabungan Belanda, Inggris, Australia, dan Amerika dalam pertempuran di laut Jawa. Tidak mengherankan apabila rakyat Indonesia memberikan sedikit sekali bantuan kepada pasukan kolonial yang terancam dan kadang-kadang dengan senang hati berbalik melawan orang-orang sipil dan serdadu-serdadu Belanda.
Pada tanggal 8 Maret 1942 pihak Belanda di Jawa menyerah dan Gubernur Jenderal van Starkenborgh ditawan oleh pihak Jepang. Berakhirlah kekuasaan Belanda di Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar